Tawadu’ menjadi media yang efektif untuk mentazkiyah diri. Said Hawwa, seorang penulis muslim
ternama mengatakan bahwa khidmah atau sifat melayani dan tawadu’ adalah dua wasilah yang sangat
efektif dan penting untuk tazkiyatun nafs.
Bila kedua hal ini tampil secara maksimal dalam diri seseorang dan sudah ada dalam dirinya, maka bisa dikatakan hati orang tersebut sudah terbersihkan. Kemudian, tawadu’ adalah suatu sikap seseorang yang meski ia memiliki kelebihan, ia lebih memilih tidak menunjukkan kelebihan tersebut.
Bisa juga dimisalkan seseorang dengan jabatan atau posisi yang lebih tinggi, tapi orang tersebut tidak
memanfaatkan atau menunjukkan hal tersebut pada orang yang di bawahnya.
Sementara itu, dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa sebagai umat Islam kita harus mempunyai dua sifat penting, yaitu sifat Al-Khidmah, kemauan untuk membantu atau melayani orang lain dengan perasaan tawadu’. Sifat ini, Al-Khidmah dan tawadu’ sangat ampuh untuk mensucikan hati.
Kedua sifat ini memang harus sering dilatih. Karena, tidak akan mudah untuk memiliki sifat ini. Dengan
sifat tawadu’ kita bisa bergaul dan berteman pada siapapun tanpa memandang status atau latar
belakangnya. Dapat membantu orang-orang ataupun berteman dengan orang baru tanpa merasa
kehilangan harga diri.
Dengan sifat ini, kita belajar menempatkan diri. Dan dengan tawadu’ pula kita bisa meraih kemuliaan
Allah subhanahu wa ta’ala.
Orang yang tawadhu tidak merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Mereka yang ber-tawadhu selalu
sadar bahwa kenikmatan, rezeki, kebahagiaan , dan segala hal yang ada di dunia ini terjadi karena atas
izin Allah.
Pahala tawadhu kepada Allah SWT adalah surga, seperti terurai dalam Alquran, “Sesungguhnya orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka,
mereka itu adalah penghuni-penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Hud/11: 23). Ini baru
pahala yang berdimensi eskatologis.
Dalam kaca mata tasawuf, orang tawadhu adalah orang yang tidak memandang ada kelebihan pada
dirinya tinimbang orang lain. Kendati nyatanya ada, itu adalah karunia Allah SAW semata. Begitu juga
ketika melihat kekurangan seseorang, segera ia mencari kelebihan yang mungkin ada pada orang itu.
Agar dia tidak merasa mempunyai kelebihan.