Menanamkan nilai iman sejak kecil pada anak-anak kita, apapun bentuknya, ingatkan mengenai hak-hak Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Setiap makan diingatkan nama Allah, setiap mau tidur diingatkan dengan Allah, saat mulai membiasakan tidur sendiri dimunculkan rasa tanggung jawabnya, rasa pemberaninya, bahwa dia hanya perlu takut pada Allah, bukan malah takut pada jin dan segala macamnya.
Jika refleksi pada hal-hal yang demikian dapat mudah kita lakukan pada anak kita, maka nilai akhlak selanjutnya akan lebih mudah diberikan. Karena akhlak sebenarnya adalah refleksi dari iman. Jika hal itu sudah ditanamkan pada anak sejak kecil, seperti perasaan tanggung jawab, selalu merasa diawasi oleh Allah, takut hanya pada Allah, anak berbuat jujur karena ia mengerti bahwa jujur adalah sesuatu yang diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala, maka secara otomatis seorang anak akan memiliki karakter dan sifat di mana akhlak yang mudah kita sentuh.
Anak akan menjadi disiplin karena terbiasa melaksanakan salat lima waktu bersama kedua orang tuanya, karena kita—orang tuanya, telah melatihnya demikian. Anak yang sejak kecil hidup atas dorongan iman, atas kuatnya iman yang menyatu pada dirinya, dan terbiasa takut pada Allah, merasa diawasi oleh Allah, bergantung hanya pada Allah, memohon pada Allah, dan menyerahkan dirinya hanya pada Allah, maka tertanam pada anak suatu kepribadian secara fitrah. Ada respons secara positif dari perasaan anak tersebut untuk menerima berbagai nilai yang penuh kemuliaan.
Subuh kita membangunkan, Maghrib hingga Isya’ jika kita di rumah, kita membuka Alquran, kita panggil istri kita, anak-anak kita. Kebiasaan ini yang lama-kelamaan akan terpatri pada diri anak-anak kita. Selain mengaji, juga ada candaan, ada obrolan bersama. Sehingga tidak akan ada bisikan-bisikan setan yang selaras dan menyatu dengan hawa nafsunya, menyatu dengan keinginannya.
Hal ini memang sesuatu yang ideal, mengerikan jika kita bayangkan kita tidak mampu melaksanakan. Oleh karena itu, sudah semestinya kita tidak berputus asa dan terus mengawal anak-anak kita menjadi anak-anak yang beriman dan berakhlak dengan benar, yang menjadi qurrotu ‘ain bagi kehidupan kita.
Paling tidak, jika ada pertanyaan, “Kalau saya mati, besok dipanggil Allah, apa anak saya mendo‘akan saya?” Jika pertanyaan itu dapat terjawab, maka kita sebagai orang tua bisa merasa aman dan lega. Ini semua sangat terkait dengan bagaimana kita nilai-nilai iman dan akhlak pada anak-anak kita. (nin)