Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam diturunkan ke bumi untuk membawa terang. Masyarakat yang terkungkung di zaman jahiliyah ia sentuh dengan nilai-nilai Islam. Bukan itu saja, Rasulullah juga membawa beragam misi suci dan membimbing manusia yang tersesat menuju cahaya Islam.
Dalam ceramahnya, Ustadz Mulyani Taufiq, MHi, mengatakan bahwa nama Rasulullah ini sangat unik dan pilihan. Karena, dari zaman Nabi Adam ‘alaihi ssalam hingga zaman Nabi sebelum Muhammad, tidak pernah ada nama tersebut.
“Rasulullah, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, memang Nabi, dan Rasul terakhir yang telah Allah siapkan untuk umat di seluruh dunia,” jelasnya.
Kehadirannya tersebut pun membawa misi-misi suci syariat dari Allah. Misi tersebutlah yang perlahan dapat membimbing manusia menuju hidayah dan terang Islam. Misi pertama Rasulullah ialah mengenalkan Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Tuhan. “Pada zaman tersebut, Allah sudah mulai dilupakan oleh banyak manusia,” ujarnya.
Kedua, Rasulullah hadir untuk menjadi Uswatun Hasanah. Misi tersebut yakni dengan menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan bagi segenap manusia. Bagi orang-orang yang rahmat-Nya. Misi kedua Rasulullah ini dicantumkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al Azhab ayat 21 yang berbunyi,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Lalu misi yang ketiga, Rasulullah bertugas membentengi umatnya. Rasulullah menjaga mereka agar tidak musyrik dan memuja dirinya sebagai Tuhan. Ketegasan posisinya tersebut ada dalam tiga kalimat suci Islam. Tiga kalimat tersebut adalah syahadat, tauhid, dan salawat.
“Ketika kita membaca syahadat, secara otomatis diri kita membentengi dan sangat meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah,” imbuh Ustadz Taufiq.
Sama halnya dengan kalimat tauhid dan salawat. Pada kalimat tauhid, secara otomatis seseorang sangat mengakui bahwa Allah adalah Tuhan dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya. Jika di salawat, Allah menjadi subyek dan Nabi Muhammad menjadi obyek.
“Dan inilah kebijaksanaan yang telah Allah subhanahu wa ta’ala siapkan sekian lama. Allah langsung membentengi umat-Nya agar menempatkan Allah sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-
Nya,” tegasnya.
Misi berikutnya, Rasulullah menjaga umat-Nya agar tidak menghina sesembahan selain Allah dari agama
lain. Karena, jika hal tersebut dilakukan, maka mereka pun dapat menghina Allah subhanahu wa ta’ala
tanpa tahu batas.
Allah bersabda dalam surat Al An’am: 108, “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.”
“Ini jelas dilarang oleh Allah. Terlebih, kita hidup di Indonesia yang memiliki beragam agama. Tidak ada di bagian bumi lain, negeri yang memilki beragam tradisi, suku, dan agama selain Indonesia,” lanjut pria yang juga Pakar Hukum Islam tersebut.
Maka dengan misi-misi tersebut, diharapkan manusia dapat berjalan menuju kebaikan dan terang cahaya Islam. Menempatkan Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam sebagai Rasul-Nya.