Sifat berbaik sangka menjadi sifat penting yang tidak boleh luntur dalam diri seseorang. Sifat ini juga menjadi salah satu yang dianjurkan Rasulullah untuk dijaga.
Orang-orang yang menjaga sifat ini dalam dirinya, senantiasa dapat selalu berpandangan positif. Sama seperti Rasulullah, yang selalu melakukan apapun ke arah yang positif. Sifat ini dapat meliputi berbagai aspek. Contohnya, ketika manusia diminta untuk berbaik sangka pada Allah subhanahu wa ta’ala.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, ”Rasulullah bersabda,’ Sesungguhnya Allah berkata: “Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku” (HR Muslim).
Dalam hadits ini tersirat sebuah ajakan dari Rasulullah agar kita berusaha selalu dekat dengan Allah, berbaik sangka (husnudzan) dan tidak berburuk sangka (su’udzhan) kepada-Nya. Karena Allah “berbuat” sesuai prasangka hamba-Nya.
Bila seorang hamba berprasan]gka bahwa Allah itu jauh, maka Allah pun akan “menjauh”, sebaliknya bila ia berprasangka bahwa Allah itu dekat, maka Allah pun akan “mendekat” kepadanya. Lewat hadits ini Rasulullah pun mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir positif dalam segala hal.
Berpikir positif ini salah satunya dapat dicapai dengan menumbuhkan sifat berbaik sangka terhadap segala hal. Jika seseorang telah menempatkan baik sangka terhadap segala hal termasuk segala suratan-Nya, maka hati akan tenang, perjalanan hidup akan aman.
Kemudian, selain prasangka baik pada-Nya, prasangka baik pada diri sendiri juga tidak boleh dilewatkan. Caranya adalah dengan memperlakukan diri ini sebagaimana yang Allah inginkan. Seperti berbuat kebaikan dan menjauhi larangan-Nya. Dengan mengembangkan sifat ini, maka seorang manusia dapat menjadi pribadi yang lebih baik.