Dalam keseharian kita berada dalam ruang peran dan posisi masing-masing. Peran tergantung posisi. Bila di rumah, sebagai ayah atau ibu kita pun harus memaksimalkan peran sebagai ayah atau ibu. Intinya, posisi menentukan peran kita sebagai apa, dan peran itu menyangkut kewajiban dan tanggung jawab.
Di masyarakat bisa sebagai warga biasa atau ketua RW/RT, di organisasi bisa sebagai ketua ini-itu atau anggota biasa, di masjid bisa sebagai jemaah atau takmir, di kantor bisa sebagai pimpinan atau karyawan, dan sebagainya. Maka sebenarnya kewajiban kita sangat banyak sebagaimana ungkapan ‘al-wajibat aktsaru minal awqat’, kewajiban kita lebih banyak dibandingkan waktu yang tersedia.
Namun, Allah Subhanahu wa Ta‘ala selalu memberikan potensi dan kelebihan pada kita dalam peran-peran tersebut. Dengan kelebihan itulah, sebenarnya kita berkesempatan untuk memberi, berkontribusi, dan berdedikasi, yang akhirnya merupakan proses pendewasaan diri.
Bila kita tak pernah punya waktu untuk berbagi, berkontribusi, dan berdedikasi, maka sebenarnya kita tidak pernah punya apa-apa. Kontribusi dan dedikasi itulah sebenarnya yang menjadikan kita lebih berpengalaman dalam hidup.
Janganlah kita berpikir tidak bisa memberikan sesuatu misalnya karena belum mampu, belum bisa, atau alasan lainnya. Berikanlah sesuatu dari apa yang bisa kita lakukan, dari apa yang kita mampu, meskipun sedikit atau sederhana namun dengan keikhlasan yang tinggi. Mulailah dari sesuatu yang ringan dan sederhana.
Memang mengawali berkontribusi itu bukan sesuatu yang gampang, karena itu kita harus sering berlatih, dilakukan berulang-ulang, bahkan harus dipaksa dan diingatkan. Mungkin di awal-awal kita tidak ikhlas, namun paksakan dan biasakan. Sebagaimana ketika menyuruh anak sholat, sebagai orang tua kita perlu senantiasa mengingatkan, membiasakan, bahkan kadang memaksanya, meski kadang butuh diapresiasi.
Maka berkontribusi dan berdedikasilah dari sesuatu yang sederhana dan dilakukan berulang-ulang. Bila kondisi tidak memungkinkan, maka jangan terlalu berlebihan. Bukankah Allah sangat paham dengan kondisi kita, ‘la yukallifullahu nafsan illa wus’aha’, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Seiring dengan perjalanan waktu, Insya Allah pembiasaan dari hal yang sederhana itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Mulai sekarang selalulah berpikir apa yang bisa kita kontribusikan dan dedikasikan dalam hidup ini. Mulailah memberi kemaslahatan dan kemanfaatan dari hal-hal yang kecil dan sederhana. Insya Allah melalui proses pembiasaan tersebut menjadikan sesuatu yang luar biasa.