Beramal merupakan perbuatan mulia yang dianjurkan untuk dilakukan agar bisa membantu sesama.
Maka, jika beramal dan mengharapkan imbalan berupa kebaikan akhirat itu tidak ada masalah. Asalkan bukan kompensasi kebaikan duniawi, artinya memberikan sesuatu kepada orang namun ada makna di balik pemberian tersebut, misalkan supaya nanti orang yang beramal ini mendapatkan jauh lebih banyak atau besar dari apa yang diberikan saat itu, maka hal seperti ini yang dilarang atau tidak diperbolehkan.
Akan tetapi ketika mengharapkan kebaikan dari orang yang diberi sedekah atau mengaharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala maka diperbolehkan. Yang penting adalah, Anda sebagai pemberi sedekah tidak mengharapkan kebaikan dari orang yang Anda beri sedekah.
Ada sebuah peristiwa yang dapat dijadikan renungan, yakni cerita sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sayyidina Ali bin Abi Tholib suatu saat berpuasa, kemudian beliau bilang kepada istrinya ada tamu yang datang dan ia sedang berpuasa.
Sayyidina Ali pun berkata pada istrinya “Wahai istriku siapkan makanan pada tamu-tamu kita yang sedang berpuasa.”
Sang Istri, Fatimah Az Zahra pun menjawab “Wahai suamiku, makanan ini hanya untuk kita dalam keluarga dan jika makanan ini disiapkan untuk tamu maka tidak akan cukup.”
Sayyidina Ali pun menjawab, “Siapkan untuk tamu-tamu tersebut karena mereka jauh lebih penting.”
Makanan tersebut pun disajikan kepada tamu, dan setelah makanan habis, tamu tersebut ingin mengucapkan terima kasih dan akan membalas perbuatan baik Sayyidina Ali dan istri di kemudian hari.
Lalu Sayyidina Ali pun berkata mengutip salah satu ayat dari surat Al-Insan ayat 9, yang artinya:
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”
Dengan demikian, ketika Anda memberikan sesuatu kepada orang lain maka jangan mengharapkan pembalasan ataupun ucapan terima kasih, namun yang kita semua harapkan adalah keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala.